Minggu, 22 Januari 2017

Pertemuan Pertama [dengan dia]


Rasa ini sudah tidak seperti dulu. Keadaan yang membuatnya berubah, bukan kami.
Lokasi: Puthuk Mongkrong, Borobudur, Magelang

Oke, ini challenge paling bikin baper dan flashback dari 10 challenge yang tersedia. Tapi gapapa demi memampukan tantangan kampus fiksi ini :)

Dia, ya. Dia laki-laki pertama yang ku kagumi semenjak aku mengenal rasa. Tetapi ... 
Awal cerita bukan aku dulu yang mengaguminya, tapi dia yang menyebabkan rasa ini tumbuh tanpa permisi.

Long long long time ago, aku hanya tahu namanya. Dia bukan siapa-siapa, pun aku. Hanya adik kelas yang selalu mengucap kata permisi jika melewati kelasnya. Iya, kami satu sekolah. Dia kakak kelasku terpaut dua tahun. Ku akui di memang cukup popular di sekolah. Tak jarang banyak teman diam-diam menyukainya.

Pulang sekolah, tak kusangka dia berjalan sendiri di belakangku. Tubuhnya yang tinggi dengan langkah kaki yang mantap, membuatnya bisa menyalip langkahku. Aku menunduk malu karena takut menyapa.
Dia hanya diam dan mempercepat langkahnya. Tunggu, kenapa dia masuk gang yang sama denganku? Apa rumahnya dekat dengan rumahku? Ternyata betul, dia masuk rumah yang berada 400 meter dari rumahku. Aku memperlahan langkah sembari memperhatikannya. Dia begitu santun kepada orang rumah. Ini adalah info menarik untuk teman-temanku yang suka padanya. Kalau, rumahnya dekat dengan rumahku, pasti teman-temanku mendadak rajin main yakan.

Hari selanjutnya, aku jajan ke kantin. Tiba-tiba terdengar suara helicopter di atas sana. Aku keluar untuk melihatnya. ((oke, waktu itu aku norak banget, ya))

Aku takjub  melihat helicopter yang sangat dekat dengan genting sekolah. Kepalaku sampai hampir menyentuh punggung. Pelan-pelan aku melangkah mundur mengikuti terbangnya si heli. 

Dan “Krakkk!!” “Adoohhh, gimana sih!!”

Aku merasa menginjak sepatu. Ku toleh belakang, ternyata aku menginjak kaki dia. Ya Allahu robbi, hancurlah tulang-tulangku. Aku habis dimarah-marahin sama dia. Dia adalah kakak kelas tergalak detik itu. Galaknya melebihi marahnya kakak dewan pramuka. Padahal aku sudah minta maaf berkali-kali. Tetapi dia tetap marah-marah.

Karena aku kesal, aku mengejeknya pakai nama temanku yang menyukainya. Sebut saja lala.
“Heh pacarnya lala galak amat sih. Ntar aku bilangin lala ya..” “Cie lala lala…”
Tanpa berpikir, dia menginjak balik kaki ku. “Auu sakitt!” Sakit sekali. Kakak kelas yang jahat ternyata.
Aku mengadukan ini pada lala, agar lala tak usah nge—fans dengannya lagi. Tapi lala malah tertawa lepas. Huft, hari yang buruk.
Aku pulang dengan perasaan masih dongkol dengannya.

***
Malam ini, aku ada acara rutin organisasi. Aku ngga nyangka, dia ada di sini. Sepertinya dia anggota baru, karena kemarin belum ada dia. Yang bikin aku lebih dongkol, dia satu tim diskusi denganku. Satu tim ada 4 orang, diantara lebih dari 100 anggota yang ada di sini, kenapa aku harus sama dia?
Dia mulai mendekatiku, bahkan duduk di sebelahku.

“Kelas berapa kamu?” Tanyanya santai, sambil ngopi.

Aku ngga habis pikir, apa dia tak mengenaliku sebagai adik kelas yang tadi kami saling injak? Aku jawab saja dia, “Kelas satu”

Dia mengangguk-angguk. Pada malam itu dia benar-benar bukan dia yang tadi siang. Beda 360 derajat. Bahkan dia menanyaiku tentang hal-hal pribadi. Seperti, aku sudah punya pacar apa belum. Oke, ini konyol.

Pada saat itu juga, ada salah seorang teman nyeletuk “Heh, dia suka sama kamu loh”
Apa? Aku kaget, dia juga kaget. Dia tampak malu-malu gitu sambil melototi temannya. Dia tiba-tiba pergi. Aku ngga percaya dengan apa yang terjadi hari ini.
Tadi siang di sekolah, dia galak banget. Malam ini, kumpul di forum, dia tidak mengenaliku bahkan gosip gosipnya dia malah menyukaiku. Aku bingung.

“Hei, ngga usah bingung gitu,” celetuk temannya, “Dia beneran loh suka sama kamu. Katanya cantik, ciee”

Aku semakin bingung, dan hanya membalas: apaan sih. Lalu pergi.

Sampai di rumah, benar-benar tidak bisa tidur. Wajah kakak kelas itu selalu kebayang-bayang. Aku mulai membayangkan wajahnya. Iya sih, ganteng. Tapi galak. Aku jadi ingat waktu pulang sekolah bareng sama dia. Iya sih, santun. Tapi galak.
Ampun deh, aku terserang virus merah jambu.

Sejak itu aku jadi stalking tentangnya. Di social media manapun, aku follow dia. Dia langsung followback. Tanpa diminta, tiba-tiba aku dikasih nomor handphone—nya.
Hari demi haripun aku lewati tanpa tidak bertukar kabar dengannya. Aku mulai suka padanya. Bahkan hal yang paling lebay aku pernah lakukan waktu itu.

Setiap kali malam minggu, acara pertemuan rutin organisasi, pertama, aku selalu menyamakan warna bajuku dengannya. Eitts! Kami ngga janjian. Tapi aku yang buat warna baju kami seragam. Caranya?
Dia adalah orang yang konsisten. Dia selalu memakai baju sama di waktu yang sama. Minggu pertama dia selalu pakai putih, minggu kedua biru, minggu ketiga jaket abu-abu, dan minggu terakhir hitam. Ngga pernah berubah! Dan aku hafal betul. Syukurku, aku punya semua warna itu. Alhasil, warna bajuku selalu seragam dengannya.

Kedua, aku selalu berangkat paling akhir, supaya aku bisa mendekatkan sandalku dengan sandalnya. Ya allaah bahagianya aku kalau lihat sandalku dan sandalnya berjejeran. So, nanti waktu pulang, aku bisa berdekatan dengannya. (^O^)//

Ketiga, setiap kali pulang sekolah, aku selalu lewat depan rumahnya. Pasti dia sudah pulang duluan dan dia selalu nongkrong di depan rumah. Sambil main gitar dengan adik kecilnya. Dengan malu-malu, aku lewat dan dia selalu menyapa duluan.
Aku menyukainya, saja. Namanya yang selalu memenuhi buku diary ku. Tapi suatu hari, aku merasa bosan dengan rasa ini, begitupun dia. Akhirnya kita lost contac.

Beberapa tahun kemudian dia memberi kabar dan kami jadi bersahabat. Rasa suka ku dan dia sudah hilang. Tapi rasa pertemanan masih ada dong. Walaupun saat ini lebih canggung, but no problem. We found our new life.

[#KampusFiksi 10 Days Writing Challenge]

Day 4 #10DaysKF #Kampusfiksi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sila tinggalkan komentar untuk hal yang perlu disampaikan :)