Rasa ini sudah tidak seperti dulu. Keadaan yang membuatnya berubah, bukan kami. Lokasi: Puthuk Mongkrong, Borobudur, Magelang |
Oke,
ini challenge paling bikin baper dan flashback dari 10 challenge yang tersedia.
Tapi gapapa demi memampukan tantangan kampus fiksi ini :)
Dia,
ya. Dia laki-laki pertama yang ku kagumi semenjak aku mengenal rasa. Tetapi ...
Awal
cerita bukan aku dulu yang mengaguminya, tapi dia yang menyebabkan rasa ini
tumbuh tanpa permisi.
Long
long long time ago, aku hanya tahu namanya. Dia bukan siapa-siapa, pun aku.
Hanya adik kelas yang selalu mengucap kata permisi jika melewati kelasnya. Iya,
kami satu sekolah. Dia kakak kelasku terpaut dua tahun. Ku akui di memang cukup
popular di sekolah. Tak jarang banyak teman diam-diam menyukainya.
Pulang
sekolah, tak kusangka dia berjalan sendiri di belakangku. Tubuhnya yang tinggi
dengan langkah kaki yang mantap, membuatnya bisa menyalip langkahku. Aku
menunduk malu karena takut menyapa.
Dia
hanya diam dan mempercepat langkahnya. Tunggu, kenapa dia masuk gang yang sama
denganku? Apa rumahnya dekat dengan rumahku? Ternyata betul, dia masuk rumah
yang berada 400 meter dari rumahku. Aku memperlahan langkah sembari
memperhatikannya. Dia begitu santun kepada orang rumah. Ini adalah info menarik
untuk teman-temanku yang suka padanya. Kalau, rumahnya dekat dengan rumahku,
pasti teman-temanku mendadak rajin main yakan.
Hari
selanjutnya, aku jajan ke kantin. Tiba-tiba terdengar suara helicopter di atas
sana. Aku keluar untuk melihatnya. ((oke, waktu itu aku norak banget, ya))
Aku
takjub melihat helicopter yang sangat
dekat dengan genting sekolah. Kepalaku sampai hampir menyentuh punggung. Pelan-pelan
aku melangkah mundur mengikuti terbangnya si heli.
Dan “Krakkk!!” “Adoohhh,
gimana sih!!”
Aku
merasa menginjak sepatu. Ku toleh belakang, ternyata aku menginjak kaki dia. Ya
Allahu robbi, hancurlah tulang-tulangku. Aku habis dimarah-marahin sama dia.
Dia adalah kakak kelas tergalak detik itu. Galaknya melebihi marahnya kakak
dewan pramuka. Padahal aku sudah minta maaf berkali-kali. Tetapi dia tetap
marah-marah.
Karena
aku kesal, aku mengejeknya pakai nama temanku yang menyukainya. Sebut saja
lala.
“Heh
pacarnya lala galak amat sih. Ntar aku bilangin lala ya..” “Cie lala lala…”
Tanpa
berpikir, dia menginjak balik kaki ku. “Auu sakitt!” Sakit sekali. Kakak kelas
yang jahat ternyata.
Aku
mengadukan ini pada lala, agar lala tak usah nge—fans dengannya lagi. Tapi lala
malah tertawa lepas. Huft, hari yang buruk.
Aku
pulang dengan perasaan masih dongkol dengannya.
***
Malam
ini, aku ada acara rutin organisasi. Aku ngga nyangka, dia ada di sini.
Sepertinya dia anggota baru, karena kemarin belum ada dia. Yang bikin aku lebih
dongkol, dia satu tim diskusi denganku. Satu tim ada 4 orang, diantara lebih
dari 100 anggota yang ada di sini, kenapa aku harus sama dia?
Dia
mulai mendekatiku, bahkan duduk di sebelahku.
“Kelas
berapa kamu?” Tanyanya santai, sambil ngopi.
Aku
ngga habis pikir, apa dia tak mengenaliku sebagai adik kelas yang tadi kami
saling injak? Aku jawab saja dia, “Kelas satu”
Dia
mengangguk-angguk. Pada malam itu dia benar-benar bukan dia yang tadi siang.
Beda 360 derajat. Bahkan dia menanyaiku tentang hal-hal pribadi. Seperti, aku
sudah punya pacar apa belum. Oke, ini konyol.
Pada
saat itu juga, ada salah seorang teman nyeletuk “Heh, dia suka sama kamu loh”
Apa?
Aku kaget, dia juga kaget. Dia tampak malu-malu gitu sambil melototi temannya.
Dia tiba-tiba pergi. Aku ngga percaya dengan apa yang terjadi hari ini.
Tadi
siang di sekolah, dia galak banget. Malam ini, kumpul di forum, dia tidak
mengenaliku bahkan gosip gosipnya dia malah menyukaiku. Aku bingung.
“Hei,
ngga usah bingung gitu,” celetuk temannya, “Dia beneran loh suka sama kamu.
Katanya cantik, ciee”
Aku
semakin bingung, dan hanya membalas: apaan sih. Lalu pergi.
Sampai
di rumah, benar-benar tidak bisa tidur. Wajah kakak kelas itu selalu
kebayang-bayang. Aku mulai membayangkan wajahnya. Iya sih, ganteng. Tapi galak.
Aku jadi ingat waktu pulang sekolah bareng sama dia. Iya sih, santun. Tapi
galak.
Ampun
deh, aku terserang virus merah jambu.
Sejak
itu aku jadi stalking tentangnya. Di social media manapun, aku follow dia. Dia
langsung followback. Tanpa diminta, tiba-tiba aku dikasih nomor handphone—nya.
Hari
demi haripun aku lewati tanpa tidak bertukar kabar dengannya. Aku mulai suka
padanya. Bahkan hal yang paling lebay aku pernah lakukan waktu itu.
Setiap
kali malam minggu, acara pertemuan rutin organisasi, pertama, aku selalu
menyamakan warna bajuku dengannya. Eitts! Kami ngga janjian. Tapi aku yang buat
warna baju kami seragam. Caranya?
Dia
adalah orang yang konsisten. Dia selalu memakai baju sama di waktu yang sama.
Minggu pertama dia selalu pakai putih, minggu kedua biru, minggu ketiga jaket
abu-abu, dan minggu terakhir hitam. Ngga pernah berubah! Dan aku hafal betul.
Syukurku, aku punya semua warna itu. Alhasil, warna bajuku selalu seragam
dengannya.
Kedua,
aku selalu berangkat paling akhir, supaya aku bisa mendekatkan sandalku dengan
sandalnya. Ya allaah bahagianya aku kalau lihat sandalku dan sandalnya
berjejeran. So, nanti waktu pulang, aku bisa berdekatan dengannya. (^O^)//
Ketiga,
setiap kali pulang sekolah, aku selalu lewat depan rumahnya. Pasti dia sudah
pulang duluan dan dia selalu nongkrong di depan rumah. Sambil main gitar dengan
adik kecilnya. Dengan malu-malu, aku lewat dan dia selalu menyapa duluan.
Aku
menyukainya, saja. Namanya yang selalu memenuhi buku diary ku. Tapi suatu hari,
aku merasa bosan dengan rasa ini, begitupun dia. Akhirnya kita lost contac.
Beberapa
tahun kemudian dia memberi kabar dan kami jadi bersahabat. Rasa suka ku dan dia
sudah hilang. Tapi rasa pertemanan masih ada dong. Walaupun saat ini lebih
canggung, but no problem. We found our new life.
[#KampusFiksi
10 Days Writing Challenge]
Day
4 #10DaysKF #Kampusfiksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sila tinggalkan komentar untuk hal yang perlu disampaikan :)