Senin, 16 Oktober 2017

It's Time to Move On!




Begitu banyak temen-temen yang menyia-nyiakan waktu mereka untuk nge—galau—in sesuatu yang sudah berlalu. Mantan, misalnya. 👀

Semenjak putus, seakan-akan dunia ini terasa hampa. Tiada lagi yang setiap detik ngechat, bercanda, jalan-jalan, makan bareng, ingetin salat, dan kegiatan lain yang kamu lakukan sama doi.
Yaa gimana lagii, wong udah putus. Alhamdulillah dong, barangkali sengaja Allah siapkan yang lebih baik nantinya. Dan kenapa sih, masih galau galau soal doi? Masih ga rela pula kalau dia deket sama yang lain. Hmm. Apalagi kalau mantan pacar kamu sudah punya pacar, sementara kamu belum. Duh tambah galon nggak sih? Tapi hal itu nggak perlu temen-temen. Buat apa kamu mikirin orang yang dipikirannya udah bukan kamu lagi? :)

Sempet syok sih lihat tangisan temen setelah diputusin pacar mereka. So crazy! Kayak orang kehilangan jiwa mereka. Malah melebihi tangisan orang-orang yang ditinggal meninggal keluarga. Mereka bener-bener nangis sejadi-jadinya. Kirain pol-polnya tuh cuma nangis diem di kamar. Ternyata ada ya, yang nangis heboh gitu, di depan umum pula. Adaaa. Semoga bukan kamu. 

Pertanyaanku, buat apa?

Emang doi tahu gitu kalau kita nangis? Nggak, kan?
Sayang air mata kamu malah buat nangisin seseorang yang sudah berlalu. It’s time to move on!

Dulu, pernah ada temen yang nanya, kok bisa sih, ada orang gampang banget melupakan doi? Kok cepet banget move on—nya? 

Yakalii siapa sih yang mau terpuruk oleh masa lalu. Aku pikir masa depan kita lebih cerah. So, hikmah putus itu, Allah berusaha meyakinkan kembali bahwa DIA—lah yang paling mencintai kita. DIA—lah yang berhak berada 24 jam dalam hati kita.
Lagi pula, setelah putus dari sang pacar, is it just me—kah? yang ngerasa bebas sebebas-bebasnya?
Dari yang dulu kemana-mana harus bilang ke dia. Kemana-mana harus sama dia. Mau apa-apa harus izin dulu. Kegiatan kita dari bangun tidur sampai tidur lagi dia harus tahu. Kalau lagi chatting nggak boleh telat balas satu menit—pun. Ribet juga, ya, dulu.

Apalagi saat-saat kita pacaran, kita iya iya aja sama pacar. Iya—in aja semua aturan bakanya. Dan itulah yang dinamakan cinta buta :v Setelah putus baru sadar betapa bakanya aku yang dulu.

Nggak hanya putus dari pacar, galau juga sering timbul ketika kita suka sama orang. Nggak ada kan, yang nggak pernah suka sama orang?
Dan suka sama orang itu butuh kesabaran yang luar biasa. Apalagi perempuan. Kita nggak tahu apakah dia juga suka dengan kita? Apakah dia punya pacar? Apakah dia sedang memendam perasaan dengan yang lain? Atau jangan-jangan.. doi nggak kenal sama kamu? It’s nyes—sek. U don’t know. Paling pol sih kita cuma bisa stalking akun-akunnya.

Kalau dulu, pas jamannya facebook, mudah saja. Di facebook mah, sudah komplit. Foto ada, biodata ada, status tiap hari, mau chatting gampang lah tanpa gengsi. Facebook itu strategi per-pdkt-an sekitar tahun 2012-2016 ya? 

Lah sekarang? Zamannya instagram, kadang kita tahu namanya, tapi udah dicari-cari nggak ketemu. Sebab dia pakai nama lain. Usernamenya dibuat unik, maybe. Kadang kita sudah menemukan akunnya, eehh kaga ada fotonya. Apa yang mau kita cari tahu? Lebih mematahkan lagi, kalau kalau akunnya di gembok, hmm, bete semalaman deh. Ada sih yang berani follow aja, tapi menurut survey dari temen-temen, lebih banyak secret admirer yang nitip akun temennya buat stalking si doi, ada juga yang buat akun palsu buat stalking. Ada-ada aja deh, yaaaa namanya orang jatuh cinta. Segala mah musti dibela-belain. Percaya atau nggak, perempuan pasti punya lebih dari satu akun. Untuk keperluan stalking :v

Pokoknya, kalau seorang perempuan udah suka sama cowok, jangan heran kalau dia tahu segalanya tentang cowok itu. Meskipun cowok itu nggak kenal sama si perempuannya. Pengalaman nih, di SMA ini, banyak bangeet temen-temenku yang suka sama cowok yang nggak dia kenal. Ntah dia kakak kelas atau adik kelas gitu. Dalam satu hari, temenku bisa tau segalanya tentang doi. Padahal doi nggak kenal sama dia. :v Betapa hebatnya perempuan itu dalam urusan stalking (^O^)//~

Aku juga pernah, kenal sama cowok dalam satu organisasi. Dan aku pengen berteman sama dia aja. Karena kekepoan seorang perempuan itu tinggi, aku cari tahu aja tentang dia. Wait, ini nggak ada rasa suka-sukaan ya cuma kepo aja :v
Aku menemukan nama-nama keluarganya, adiknya, sekolah adiknya, dan keseharian dia. Tak lupa alamat rumahnya hmm. 
Suatu ketika, aku ketemu dalam satu halaqoh sama dia. Aku (keceplosan) tanya, "Eh, rumah kamu di Desa B ya? Terus, adik kamu namanya A kan? yang sekolah di MI C dulu?" 

Doi bengong dong. Dan tanya "loh, kok tahu?" lanjutnya, "hayooo hayooo cari tahu tentang aku ya?"

Deg. Kemudian daku tak pernah berangkat organisasi lagi :v 

Nah, kenapa aku angkat tema seputar pacar, galau, dan move on ini? Sebab banyak bangeet temen-temen yang berkeluh kesah tentang kegalauan mereka. Menghadapi doi-doi yang nggak peka. Benteng kesabaran kian merubuh menunggu jawaban tak pasti, atau kelamaan menimbun perasaan yang malu ngungkapinnya. Menderita tahu, jadi perempuan, suka digantungin, atau malah nggak tahu lagi perasaan ini mau dikemanain. 

Ada salah satu sahabat aku, sebut saja dia Nunu. Nunu itu udah 3 tahun memendam perasaan pada sang kakak kelas yang sekarang sudah kuliah. Duuh kebayang banget kegalauan dia setiap hari karena jarang ketemu. Padahal dulu satu sekolah yaa, sekarang nggak bisa stalking gerak-geriknya lagi deh.

Nunu sering berkeluh-kesah tentang perasaannya yang menggantung. Apa yang harus dia lakukan? Karena sosok sang kakak kelas itu tak pernah tergantikan oleh siapapun. Setiap pelajaran, Nunu kebayang doi, olahraga dia kebayang doi, nongkrong di kantin dan mushola dia kebayang doi. Doi udah menjajah pikirannya—

ya emang gitu cowok -_-
Kalau si perempuan udah suka banget, doi malah menghilang tiada kabar.

Nah si Nunu juga capai hati untuk memendam rasa ini. Dia pengen move on! Gimana caranyaaa??


Ada juga nih sahabat aku, sebut saja dia Nana. Dia masih galau karena baru diputusin pacarnya. Sementara (mantan) pacarnya itu sedang deket sama sahabatnya sendiri. Hmm.. Nana pengeen banget melupakan doi. Ketika Nana berhijrah untuk melupakannya, eh si doi pengen balikan. Oh tidak! Jangan sampai, Na! Jangan sampai jatuh di lubang yang sama. Pertahankan hijrah kamu. Alhasil Nana masih terombang-ambing oleh chat— dari doi. Dia galau. Dan. Bagaimana untuk move on??

Masa-masa galau emang ngeselin banget. Apalagi yang di p—h—p  pas lagi sayang-sayangnya (^O^)//~ Nah tuh pasti kerjaannya baca ulang chat whatsapp, bbm, komenan di instagram, dsb.

Dulu aku pernah lost contact dengan orang yang sangat aku sukai dan kagumi. Padahal aku deket dengan dia sekitar dua tahunan. Tetiba dia udah nggak pernah ngechat lagi dan menghilang dalam peradaban media sosial. Galau? Bangeeet. Kegiatanku selama suka sama dia itu memantau media sosialnya. Dia update status, aku yang pertama ngelike. Dia posting foto di ig, aku yang pertama like, dia buat snapgram, aku yang pertama lihat :v

Dan tiba-tiba dia nggak pernah online lagi? Bayangkan gimana perasaan ini T_T 
Beda sekolah pula, sungguh nggak ada lagi kesempatan untuk stalking dia. Yang ada, hari-hariku semakin galau.
Sebab bener-bener udah deket bangeet. Setiap bangun tidur buka handphone, chat doi yang pertama kali muncul. Sampai larut malem pun kita masih chattingan ngobrolin apa aja. Dari yang biasanya aku tidur jam delapan, waktu kenal dia ku tidur jam dua pagi :v
Dengan tanpa rasa bersalah, doi menghilang. Sempat nge—galau satu tahun nggak bisa move on! Selama satu tahun itu kegiatan aku cuma baca ulang chat kita yang pernah ada~~

Karena capek nunggu dan bener-bener pengen move on, aku bertekad untuk menghapus semua chat yang pernah ada itu. Padahal dalam hati “aduuhh sayangg bangeeet. Gimana kalau ntar masih pengen baca?”

Bodo amatlah, kata bang Radit "Waktu kita terlalu berharga untuk dihabiskan dengan menebak-nebak apakah doi masih mencintaimu atau tidak."

Oke. 

DELETE ALL MESSAGE.

Aku hapus deh tuh, semua arsip chat kita. Message di facebook, sms-sms di hp lama, dan pesan2 di akun lain. Semuanya :) dan aku janji sama diriku sendiri untuk nggak lagi stalking doi. Dah cukup.

Gapapa. Move on! Yea, It’s time to Move On!

When I stalking twitter, aku lihat masih ada komen-komenan aku dan doi dua tahun yang lalu. Langsung aku hapus lagi.
When I scroll my albums, aku temuin gambar-gambar dari doi dulu, aku langsung hapus semuanya.
Setelah itu, memaafkan segala kesalahannya dan jangan berusaha melupakannya. Sebab semakin kita menggebu-gebu melupakannya, semakin bayangnya melayang-layang.
Biarlah pikiran kita mengalir apa adanya. Lupakan sewajarnya. Sibukkanlah diri kita untuk kegiatan-kegiatan positif. Be calm people. Hidup bukan hanya tentang mantan atau pacar. Lihat dirimu sendiri, instrospeksi apa yang menjadi kekurangan kita. Mari bahagiakan bapak ibu dulu :)


Sekian.

Terima kasih bagi yang sudah baca.
Semoga lekas move on ya. Harus.






Minggu, 15 Oktober 2017

Antara Baik dan Polos?




Previously, aku nggak pernah kepikiran untuk nulis tulisan ini. Seperti tulisan-tulisan aku kemarin, semua telah terencana dan terpikirkan. But, I thinking something, aku langsung nulis nih.

Jadi dari dulu aku gak pernah tahu apa itu baik dan apa itu polos. Dari TK sampai sekarang (SMA) aku bodo amatlah tentang kehidupan. Yang aku pikir, yaa biarlah kehidupan ini mengalir hari demi hari. Tinggal kita jalanin aja, kan?

Dan hari ini, ketika lihat jadwal besok nggak ada PR, aku jadi bengong. Gak tahu aja harus apa. Tiba-tiba aku bernostalgia tentang aku. Sifat-sifat aku dari TK sampai SMA ini. SAMA. Nggak berubah. Kata orang, tetangga, dan temen-temen pun SAMA. Baik dan polos.

What is baik dan polos?

Aku jadi teringat saat TK dulu …
Setiap hari aku dikasih uang saku sama orang tuaku sepuluh ratus. Yea aku lebih suka menyebutnya sepuluh ratus, sebab uangku receh 100 rupiah sebanyak 10 koin.
Jaman TK dulu, dengan uang 100 rupiah, aku bisa dapet 4 renteng mie remes atau sepincuk bubur + mie remes. So, tentu aku orangnya hemat sejak TK :v

Dan perkenalkan bude—ku. Dia setiap hari yang antar jemput aku sekolah. Bapak dan ibuku sibuk bekerja. Budeku ini pernah suatu hari ngecek uang sisaku sepulang sekolah. Beliau tanya, “Jajan apa aja kamu kok boros bangeet??”
Hmm.. Budeku curiga karena uangku tinggal sedikit. Hari demi hari, uang sisaku nggak seperti biasanya. Ada apa nih? Budeku bertanya-tanya.

Dengan jujur aku menjawab bahwa selama ini uangku sering diminta sama Jojo. Yup! Aku pernah punya temen, sebut saja dia Jojo, Cowok. Aku lupa apakah kita satu kelas atau beda kelas. Yang jelas aku tahu nama dia Jojo.
Dia minta uang jajan aku setiap hari 100 rupiah tanpa absen. Aku langsung kasih tanpa sepatah katapun. Begitu budeku tahu, beliau samperin si Jojo. Dimarahin dah tuh.
Semenjak budeku marahin Jojo, dia nggak pernah lagi minta uangku.
Itu kali pertama aku bingung, apakah aku baik atau polos? XD

Dalam hidup ini, aku hanya ingin berbuat baik pada semua orang tanpa membeda-bedakan statusnya. Mau dia jahat, nakal, sombong, nyebelin, ntah kenapa aku tetep baik sama mereka. Atau polos? Hmm..

Dari dulu aku hanya ingin membahagiakan orang-orang yang ada disekitarku. Membuat mereka seneng, tersenyum, dan bahagia itu adalah anugerah bagiku. Jangan sampai aku membuat kecewa atau sedih mereka. Sebab itu akan menyakitkan hatiku sendiri.
Dan yang jelas, aku nggak pernah mau punya musuh. Punya musuh itu nggak enak. Dunia rasanya sempit dan sumpek kalau ketemu musuh. Maka daridulu aku bersikeras untuk tidak membenci siapapun. Karena benci sendiri itu juga meresahkan hati. Kita yang benci dia, tapi kita juga yang susah dan nggak bebas.

Senyebelin atau ngeselin apapun temen-temenku, aku nggak akan ambil pusing. Biarin aja. Mikir tugas sekolah aja udah ribet, masa harus ditambah mikirin temen kita yang nyebelin?

Dan aku baru nyadar akhir-akhir ini. Selama aku sekolah atau punya temen, aku nggak pernah sama sekali marah sama mereka. Really? Yes, I’m really sure!
Sabar yang aku punya ini nggak ada batasnya! Ketika aku punya temen yang mungkin benci sama aku, aku nggak pernah benci balik dia. Ketika aku punya temen yang seenaknya sama aku, aku sabar dan berdoa aja.
Kalaupun kesabaranku sudah di ujung tanduk, paling-paling aku cuma ngedumel dalam hati.

"Yaa Allaah ada yaaa orang kek gini. Mudah-mudahan segera dapet hidayah."

Atau kalaupun ada yang sewenang-wenangnya aja sama aku, paling pol aku ngedoain dia yang enggak-enggak. Astaghfirullaah. Disamping itu, aku tetep keep smiling sama dia :v

Dan sejahat-jahatnya temen sama aku, biarin dah, aku serahin aja sama Allah. Ntar juga ada balasannya sendiri.
Yang penting sih, kita berbuat baik aja sama orang. Mau kayak apa orang itu menilai kita, abaikan aja.

Kisah terakhir, datang dalam gubuk kecilku. Di mana aku habis pulang beli beberapa buku pelajaran dan novel di toko buku. Lumayan banyak belinya dan menghabiskan uang hampir 300RB.
Apa yang terjadi?

Ibu dan adikku bisik-bisik sambil ngelirik aku yang lagi baca novel baru. Aku langsung nyamperin dong karena penasaran. Aku tanya tapi ga ada yang jawab. Aku paksa mereka untuk jawab sejadi-jadinya, mereka tetep diem malah saling tatap.

Ini ada apa sih?

Dengan drama yang super alay banget aku pegang kaki adikku sambil aku gelitikin. Dia mencoba kabur dengan alasan mau salat. Aku tetep maksa supaya jawab dulu. Kenapa mereka bisik-bisik ngeliatin aku? Apa yang mereka bicarakan tentang aku?

Dengan rasa nggak enak hati, adikku menjawab “Noh, ibuk curiga. Darimana kakak punya uang untuk beli buku sebanyak itu? Padahal uang jajan kakak cuma pas-pasan buat jajan di sekolah!!” lanjutnya, “Jangan-jangan…….”

JLEB.

Hati aku seakan kena paku berkarat. Sakit.
Kenapa aku dituduh yang engga-engga gitu.

Aku langsung masuk kamar tanpa berkata apapun. Kemudian nangis.

Lalu aku mengingat-ingat adegan beberapa bulan terakhir ini. Setiap aku dapet uang saku, aku langsung tabung. Aku rela nggak jajan di sekolah demi ngumpulin uang.
Aku tahu ekonomi orang tuaku pas-pasan dan nggak mungkin aku minta uang buat beli buku. Padahal hobiku membaca dan aku suka beli buku di toko buku. Dan ketika aku ke toko buku melihat buku-buku apik, nggak mungkin aku cuma beli satu biji buku.
Akupun hemat sehemat-hematnya demi beli buku. Sampai di sekolah limited banget kalau mau jajan.

Aku sediih bangeet setelah apa yang aku korbankan tidak dipercayai ibu dan adik aku. Aku ngumpulin uang supaya aku nggak minta ke orang tua. Supaya ketika uang itu terkumpul, aku bisa beli buku apa aja sesuai keinginan aku.
Padahal pun, yang aku beli itu buku kumpulan soal biologi dan buku bahasa inggris serta beberapa novel islami. Hmm, lupakan!

Anyway, aku berpikir positif kalau mereka hanya bercanda. Yaaaa mereka memang suka bercanda. 

Okay, itu membuktikan bahwa orang sebaik apapun pasti ada aja kekurangannya di mata orang lain. 
Jangan kira sebaik-baiknya atau sesabar-sabarnya orang yang baik dan sabar pasti ada aja hatersnya.

Satu yang aku lakukan untuk haters: Diam, abaikan, dan tersenyum!