Begitu banyak temen-temen yang menyia-nyiakan waktu
mereka untuk nge—galau—in sesuatu yang sudah berlalu. Mantan, misalnya. 👀
Semenjak putus, seakan-akan dunia ini terasa hampa. Tiada lagi yang setiap detik ngechat, bercanda, jalan-jalan, makan bareng,
ingetin salat, dan kegiatan lain yang kamu lakukan sama doi.
Yaa gimana lagii, wong udah putus. Alhamdulillah dong, barangkali sengaja Allah
siapkan yang lebih baik nantinya. Dan kenapa sih, masih galau galau soal doi?
Masih ga rela pula kalau dia deket sama yang lain. Hmm. Apalagi kalau mantan pacar kamu sudah punya pacar, sementara kamu belum. Duh tambah galon nggak sih? Tapi hal itu nggak perlu temen-temen. Buat apa kamu mikirin orang yang dipikirannya udah bukan kamu lagi? :)
Sempet syok sih lihat tangisan temen setelah
diputusin pacar mereka. So crazy! Kayak orang kehilangan jiwa mereka.
Malah melebihi tangisan orang-orang yang ditinggal meninggal keluarga. Mereka
bener-bener nangis sejadi-jadinya. Kirain pol-polnya tuh cuma nangis diem di kamar. Ternyata ada ya, yang nangis heboh gitu, di depan umum pula. Adaaa. Semoga bukan kamu.
Pertanyaanku, buat apa?
Emang doi tahu gitu kalau kita nangis? Nggak, kan?
Sayang air mata kamu malah buat nangisin seseorang yang sudah
berlalu. It’s time to move on!
Dulu, pernah ada temen yang nanya, kok bisa sih, ada orang gampang banget melupakan doi? Kok cepet banget move on—nya?
Yakalii siapa sih yang mau terpuruk oleh masa lalu. Aku pikir masa depan kita lebih cerah. So, hikmah putus itu, Allah berusaha
meyakinkan kembali bahwa DIA—lah yang paling mencintai kita. DIA—lah yang
berhak berada 24 jam dalam hati kita.
Lagi pula, setelah putus dari sang pacar, is it
just me—kah? yang ngerasa bebas sebebas-bebasnya?
Dari yang dulu kemana-mana harus bilang ke dia. Kemana-mana
harus sama dia. Mau apa-apa harus izin dulu. Kegiatan kita dari bangun tidur
sampai tidur lagi dia harus tahu. Kalau lagi chatting nggak boleh telat balas
satu menit—pun. Ribet juga, ya, dulu.
Apalagi saat-saat kita pacaran, kita iya iya aja
sama pacar. Iya—in aja semua aturan bakanya. Dan itulah yang dinamakan cinta
buta :v Setelah putus baru sadar betapa bakanya aku yang dulu.
Nggak hanya putus dari pacar, galau juga sering
timbul ketika kita suka sama orang. Nggak ada kan, yang nggak pernah suka sama
orang?
Dan suka sama orang itu butuh kesabaran yang luar
biasa. Apalagi perempuan. Kita nggak tahu apakah dia juga suka dengan kita?
Apakah dia punya pacar? Apakah dia sedang memendam perasaan dengan yang lain? Atau
jangan-jangan.. doi nggak kenal sama kamu? It’s nyes—sek. U don’t know. Paling
pol sih kita cuma bisa stalking akun-akunnya.
Kalau dulu, pas jamannya facebook, mudah saja. Di
facebook mah, sudah komplit. Foto
ada, biodata ada, status tiap hari, mau chatting gampang lah tanpa gengsi. Facebook itu strategi per-pdkt-an sekitar tahun 2012-2016 ya?
Lah sekarang? Zamannya instagram, kadang kita tahu
namanya, tapi udah dicari-cari nggak ketemu. Sebab dia pakai nama lain. Usernamenya dibuat unik, maybe. Kadang
kita sudah menemukan akunnya, eehh kaga ada fotonya. Apa yang mau kita cari tahu?
Lebih mematahkan lagi, kalau kalau akunnya di gembok, hmm, bete semalaman deh.
Ada sih yang berani follow aja, tapi menurut survey dari temen-temen, lebih banyak secret admirer yang nitip
akun temennya buat stalking si doi, ada juga yang buat akun palsu buat stalking. Ada-ada aja
deh, yaaaa namanya orang jatuh cinta. Segala mah musti dibela-belain. Percaya atau nggak, perempuan pasti punya lebih dari satu akun. Untuk keperluan stalking :v
Pokoknya, kalau seorang perempuan udah suka sama
cowok, jangan heran kalau dia tahu segalanya tentang cowok itu. Meskipun cowok
itu nggak kenal sama si perempuannya. Pengalaman nih, di SMA ini, banyak
bangeet temen-temenku yang suka sama cowok yang nggak dia kenal. Ntah dia kakak kelas atau adik kelas gitu. Dalam satu
hari, temenku bisa tau segalanya tentang doi. Padahal doi nggak kenal sama dia.
:v Betapa hebatnya perempuan itu dalam urusan stalking (^O^)//~
Aku juga pernah, kenal sama cowok dalam satu organisasi. Dan aku pengen berteman sama dia aja. Karena kekepoan seorang perempuan itu tinggi, aku cari tahu aja tentang dia. Wait, ini nggak ada rasa suka-sukaan ya cuma kepo aja :v
Aku menemukan nama-nama keluarganya, adiknya, sekolah adiknya, dan keseharian dia. Tak lupa alamat rumahnya hmm.
Suatu ketika, aku ketemu dalam satu halaqoh sama dia. Aku (keceplosan) tanya, "Eh, rumah kamu di Desa B ya? Terus, adik kamu namanya A kan? yang sekolah di MI C dulu?"
Doi bengong dong. Dan tanya "loh, kok tahu?" lanjutnya, "hayooo hayooo cari tahu tentang aku ya?"
Deg. Kemudian daku tak pernah berangkat organisasi lagi :v
Suatu ketika, aku ketemu dalam satu halaqoh sama dia. Aku (keceplosan) tanya, "Eh, rumah kamu di Desa B ya? Terus, adik kamu namanya A kan? yang sekolah di MI C dulu?"
Doi bengong dong. Dan tanya "loh, kok tahu?" lanjutnya, "hayooo hayooo cari tahu tentang aku ya?"
Deg. Kemudian daku tak pernah berangkat organisasi lagi :v
Nah, kenapa aku angkat tema seputar pacar, galau,
dan move on ini? Sebab banyak bangeet temen-temen yang berkeluh kesah tentang
kegalauan mereka. Menghadapi doi-doi yang nggak peka. Benteng kesabaran kian
merubuh menunggu jawaban tak pasti, atau kelamaan menimbun perasaan yang malu
ngungkapinnya. Menderita tahu, jadi perempuan, suka digantungin, atau malah nggak tahu lagi perasaan ini mau dikemanain.
Ada salah satu sahabat aku, sebut saja dia Nunu. Nunu
itu udah 3 tahun memendam perasaan pada sang kakak kelas yang sekarang sudah
kuliah. Duuh kebayang banget kegalauan dia setiap hari karena jarang ketemu.
Padahal dulu satu sekolah yaa, sekarang nggak bisa stalking gerak-geriknya lagi
deh.
Nunu sering berkeluh-kesah tentang perasaannya yang
menggantung. Apa yang harus dia lakukan? Karena sosok sang kakak kelas itu tak
pernah tergantikan oleh siapapun. Setiap pelajaran, Nunu kebayang doi, olahraga
dia kebayang doi, nongkrong di kantin dan mushola dia kebayang doi. Doi udah
menjajah pikirannya—
ya emang gitu cowok -_-
Kalau si perempuan udah suka banget, doi malah menghilang tiada kabar.
Nah si Nunu juga capai hati untuk memendam rasa ini. Dia
pengen move on! Gimana caranyaaa??
Ada juga nih sahabat aku, sebut saja dia Nana. Dia
masih galau karena baru diputusin pacarnya. Sementara (mantan) pacarnya itu
sedang deket sama sahabatnya sendiri. Hmm.. Nana pengeen banget melupakan doi.
Ketika Nana berhijrah untuk melupakannya, eh si doi pengen balikan. Oh tidak! Jangan
sampai, Na! Jangan sampai jatuh di lubang yang sama. Pertahankan hijrah kamu. Alhasil Nana masih terombang-ambing oleh
chat— dari doi. Dia galau. Dan. Bagaimana untuk move on??
Masa-masa galau emang ngeselin banget. Apalagi yang
di p—h—p pas lagi sayang-sayangnya
(^O^)//~ Nah tuh pasti kerjaannya baca ulang chat whatsapp, bbm, komenan di
instagram, dsb.
Dulu aku pernah lost contact dengan orang yang
sangat aku sukai dan kagumi. Padahal aku deket dengan dia sekitar dua tahunan.
Tetiba dia udah nggak pernah ngechat lagi dan menghilang dalam peradaban media
sosial. Galau? Bangeeet. Kegiatanku selama suka sama dia itu memantau media sosialnya. Dia update status, aku yang pertama ngelike. Dia posting foto di ig, aku yang pertama like, dia buat snapgram, aku yang pertama lihat :v
Dan tiba-tiba dia nggak pernah online lagi? Bayangkan gimana perasaan ini T_T
Beda sekolah pula, sungguh nggak ada lagi kesempatan untuk stalking dia. Yang ada, hari-hariku semakin galau.
Sebab bener-bener udah deket bangeet. Setiap bangun
tidur buka handphone, chat doi yang pertama kali muncul. Sampai larut malem pun
kita masih chattingan ngobrolin apa aja. Dari yang biasanya aku tidur jam
delapan, waktu kenal dia ku tidur jam dua pagi :v
Dengan tanpa rasa bersalah, doi menghilang. Sempat
nge—galau satu tahun nggak bisa move on! Selama satu tahun itu kegiatan aku cuma
baca ulang chat kita yang pernah ada~~
Karena capek nunggu dan bener-bener pengen move on,
aku bertekad untuk menghapus semua chat yang pernah ada itu. Padahal dalam hati
“aduuhh sayangg bangeeet. Gimana kalau
ntar masih pengen baca?”
Bodo amatlah, kata bang Radit "Waktu kita terlalu berharga untuk dihabiskan dengan menebak-nebak apakah doi masih mencintaimu atau tidak."
Oke.
DELETE ALL MESSAGE.
Aku hapus deh tuh, semua arsip chat kita. Message di facebook, sms-sms di hp lama, dan pesan2 di akun lain. Semuanya :) dan aku janji sama diriku sendiri untuk nggak lagi stalking doi. Dah cukup.
Gapapa. Move on! Yea, It’s time to Move On!
When I stalking twitter, aku lihat masih ada
komen-komenan aku dan doi dua tahun yang lalu. Langsung aku hapus lagi.
When I scroll my albums, aku temuin gambar-gambar
dari doi dulu, aku langsung hapus semuanya.
Setelah itu, memaafkan segala kesalahannya dan
jangan berusaha melupakannya. Sebab semakin kita menggebu-gebu melupakannya,
semakin bayangnya melayang-layang.
Biarlah pikiran kita mengalir apa adanya. Lupakan
sewajarnya. Sibukkanlah diri kita untuk kegiatan-kegiatan positif. Be calm
people. Hidup bukan hanya tentang mantan atau pacar. Lihat dirimu sendiri, instrospeksi apa yang menjadi kekurangan kita. Mari bahagiakan bapak ibu dulu :)
Sekian.
Terima kasih bagi yang sudah baca.
Semoga lekas move on ya. Harus.