Kenangan tidak boleh dilupakan sebab ada pembelajaran di dalamnya~
[CERPEN]
Senja kini menceritakan bahwa dirinya indah dan penuh kisah bungah. Gradasi semesta menambah eloknya kegiatan pramuka di sekolahku. Senyum dan semangat pagi tak pudar saat itu. Jiwa muda masih berkorbar di hati.
Senja kini menceritakan bahwa dirinya indah dan penuh kisah bungah. Gradasi semesta menambah eloknya kegiatan pramuka di sekolahku. Senyum dan semangat pagi tak pudar saat itu. Jiwa muda masih berkorbar di hati.
***
Btw, Aku Almira, anak
kelas VII D di salah satu SMP Negeri sedekat 1 KM dari rumahku. Kala itu aku
terlihat bahagia sebab kegiatan yang aku sukai, pramuka, mengadakan kemah.
Dalam kemah,
nggak seru kalau nggak ada yang namanya jurit malam. Begitu juga di SMP ku. Di
tengah kegelapan malam kita dibangunin dengan paksa. Sekitar pukul 02.00 WIB
ada game menarik! Game—nya yaitu kita jalan dua-dua membawa satu lilin dari sekolah
sampai kuburan cina. Lumayan menegangkan sebab cukup jauh melewati
kampung-kampung, jalanan sepi, hutan-hutan, dan jalanan licin nan becek. Aku jalan berdua dengan Ocha. Sialnya, kami berangkat nomor
satu.
Bismillaah.
Di tengah jalan kita bertemu dengan Kak Kevin. Kakak DP yang tetiba menghentikan jalan kita sembari bercerita.
"Kalian berdua harus gandengan. Selalu. Jalan ke kuburan nanti sempit dan menanjak. Jangan sampai lepas gandengannya atau salah satu dari kalian akan hilang dibawa hantu,"
Demi apapun kata-kata itu bikin kita berdua merinding dan kami semakin berpegang erat satu sama lain.
Jalan.. Jalan.. Jalan..
Tugas kami
adalah mencari kertas segiempat dengan nomor yang sudah ditentukan. Kertas-kertas
itu ditata di atas makam demi makam. Jadi aku dan Ocha enjoy aja kan jalan
hingga sampai ke kuburan. Kami sama-sama cari kertas nomor 01, dan
alhamdulillaah langsung ketemu!
Dengan bangganya
kami menjadi pejalan nomor satu sekaligus pemenang dari game ini, huehehe.
Aku langsung bertanya ke kakak DP,
“Kak, sudah
ketemu nomornya. Terus selanjutnya kita ke mana?” Tanyaku.
“Oh sudah? Yaudah
kalian jalan turun aja tuh lurus ke situ,” Jelasnya.
Sip. Aku dan
Ocha—pun turun dari kuburan ke jalan raya.
Di jalan, nggak
ada sebatang hidung kakak DP. Kami bingung harus ke mana? Sebab
ini jalan pulang ke sekolah. Kami pun langsung balik sekolah dan istirahat.
Di sekolah tak kami temui kakak DP. Kami duduk dan minum soalnya capek qqqq~ Setelah itu
kami bersihin sepatu dari lumpur, sebab malam ini gerimis lumayan deras.
Semuanya udah bersih, kami berbagi makanan ringan.
“Cha, kok aku
curiga ya, masak di belakang kita belum ada yang sampai ke sekolah?”
Ocha yang asik
dengan makanannya tetap santai, “Ah, paling bentar lagi Mir,”
“Cha, kalau kita
salah rute gimana? Dari awal aku udah curiga. Masak jurit malam gitu doang?”
“Cha, kok sepi
sih!”
“Cha, kenapa
mereka belum sampai, atau jangan-jangan, ada apel penutupan di kuburan?”
“Cha, kita nggak
bisa diem gini”
“Cha, kita harus
balik ke kuburan,”
Ocha menolak, “Halah
tunggu aja deh, bentar lagi juga mereka dateng. Kita kan emang yang pertama
jalan?”
Tetiba ada salah
satu Pembina keluar dari kantor. Namanya bu Dian, beliau sembari teleponan
gitu,
“Kalian,” Teriak
bu Dian pada kami.
“Kalian Almira dan Ocha?”
Kami ngangguk. “Kalian
ngapain di sini?”
“Disuruh kakak
DP kembali ke sekolah bu,”
Bu Dian udah
berpaling, memunggungi kami. “Iya, iya, iyaa.. mereka ada di sini. Di sekolah.
Dua orang. Almira dan Ocha. Iya, iya, iyaa..”
“Cha, kayaknya
kita dicari deh.”
Aku dan Ocha
masih menunggu. Untuk pertama kalinya aku rasa-rasa menunggu itu panik, deg-degan,
dan takut lebih dari aku menunggu angkot yang nggak dateng-dateng.
Beberapa menit
kemudian, ada dua cowok kakak DP. Yang satu, kakak yang menginstruksi kami buat
turun tadi, ganteng banget ku masih ingat *abaikan* hitz lagi *abaikan*
sayangnya aku lupa nama aslinya siapa *abaikan*
Yang satunya
lagi, pendek, hitam, tapi manis sih. Namanya Kak Dodo.
“Dek, kalian
ikut kakak balik ke kuburan sekarang, ayo!” Pinta kakak ganteng yang ku lupa
namanya.
“Kalian kok bisa
balik ke sekolah sih?” Tanya Kak Dodo.
“Padahal tadi
aku suruh kalian turun, kan? Kok malah balik.” Tambah kakak ganteng yang ku
lupa namanya.
Aku—pun menjelaskan
ketidakjelasan instruksi dari kakak DP sehingga aku dan Ocha bingung.
Di pinggir jalan
raya dengan background gerimis deres, Kak Dodo suruh kita lari.
“Ayo dek, cepet,
lari lari lari, cepet cepet!”
YAKALI jalanan
becek posisi capai suasana dingin, gelap, dan hujan. Hmm.
Lucunya, aku
dirangkul sama Kak Dodo supaya aku bisa cepet larinya bareng sama Kak Dodo.
But, Mr.Dodo’s body is very short more than me, u know? Jadi tangannya nggak
sampai ke pundak aku, heuhehehe.
Sampai di sana,
peserta kemah udah baris rapi. Kakak DP dan beberapa Pembina juga udah baris
memimpin di depan. Anehnya, semua terlihat tegang. Aku lihat semua peserta tertunduk
ketakutan.
Aku dan Ocha pisah
dan masuk barisan kelas kami masing-masing. Aku tanya ke temanku, “ada apa sih?”
Nggak ada yang jawab.
Tetiba aku dan
Ocha disuruh maju ke depan. Seakan kami berdua jadi tontonan, perasaan mulai
nggak enak nih!
“KALIAN KE MANA
AJA?? DARI TADI DICARIIN NGGAK ADA. TEMEN-TEMEN KALIAN DI SINI UDAH PANIK
CARIIN KALIAN. SEMUA NYEBAR CARI KALIAN. TAPI KALIAN BERDUA MALAH ENAK-ENAKAN
DI SEKOLAH? IYA!! NGAPAIN AJA KALIAN DI SEKOLAH? MAKAN? ENAAK YAAA UDAH MAKAN.
SEMENTARA KAMI DI SINI SIBUK CARI KALIAN. KALIAN GAK PUNYA HATI YA!! TEGA SAMA TEMEN SENDIRI!
WAH WAH WAH.. SEPATUNYA DAH KINCLONG GITU. KEREEN BANGET YAK. ENAAK BENER DAH BERSIH BERSIH DULUAN!”
Loh, kok, gitu?
Ini aneh. Nggak fair. Aku dan Ocha sama sekali nggak tahu. Dan kita di suruh
turun loh sama kakak DP.
Aku cuma diam,
nunduk, dan sesegukan alias nangis! Ya, aku paling nggak bisa dimarahin gini.
Apalagi dibentak-bentak di muka umum seperti ini.
Berulang kali, para
kakak DP marah-marah. Dengan kalimat yang sama alias diulang-ulang. Mereka sama
sekali tidak membiarkan kami bicara. Tiada celah untuk kami protes. Fine. Aku
tambah nangis :v
Keesokan harinya
aku cerita sama temen-temen. Merekapun juga cerita apa yang sebenernya terjadi.
“Iya mir, kamu
tuh ilang. Kamu ke mana coba setelah game itu? Kami semua dikumpulin suruh apel
di kuburan. Setelah pengecekan anggota, kamu dan Ocha nggak ada dibarisan. Kami
semua panik. Kakak DP marah-marah ke kami. Dikira kami nggak bisa jaga anggota.
Kami pikir omongan Kak Kevin bener. Kalian ilang ke alam ghaib, diculik hantu. Soalnya
kami cari-cari kalian nggak ada.”
What? Aku ilang?
Bel pulang
sekolah berbunyi. Aku pulang dari kelas ke pintu gerbang ngelewatin
segerombolan kakak DP. Ada salah satu kakak DP liatin aku, aku sapa dengan
senyum dan ngangguk.
“Siang kak Caca.”
“Hahahahahh kamu
kan yang tadi malam kena marah ya? Kasian banget Yahahahaha.” Lanjutnya, “Maafin
kami ya dek, ini semua demi solidaritas kalian. Supaya kalian belajar saling
menjaga satu sama lain.”
So what, yang
tadi malem itu, rekayasa belaka?
Okay fine. Kisah ini unforgettable buat aku. Sebab arrrggghhh banget🙄🙄
NB : KISAH INI NYATA. NAMA AJA YANG DISAMARKAN, HEHE😊