Rabu, 14 Juni 2017

Penyesalan Sebungkus Permen


Hi! Masuk day 4 kampus fiksi writing challenge ini agak bingung juga ya. Dengan tantangan menulis keempat berupa pertanyaan: "Tulislah sebuah peristiwa di masa lalu, yang menurutmu saat ini, peristiwa tersebut sangat memalukan atau semestinya tidak dilakukan!" 

Apa ya?

Cerita tentang masa lalu yang saat ini terdengar memalukan atau semestinya tidak dilakukan? Yang terpikir dalam benak ini, lagi-lagi tentang pacaran. Tak henti-hentinya rasa menyesal hadir ketika inget kalau dulu pernah pacaran. Dulu, waktu diri ini masih tersesat. Jauh dari jalan yang lurus. 

Pacaran itu isinya cuma nafsu thok. Gayanya aja cinta, tapi? Pokoknya kata "cinta" itu cuma embel-embel untuk memuaskan nafsu. Karena satu-satunya obat seseorang jatuh cinta itu adalah menikah. Atau kalau belum mampu, cukup doakan. Ngga ada tuh anjuran untuk pacaran. Ada sih, cuma pas jaman jahiliyah dulu, he. Lah, sekarang udah tahun berapa? Masih ada aja jaman jahiliyah di muka bumi ini. Malah ya, sekarang orang-orang itu kalau pacaran, pede aja di depan umum, nggak malu. Kembali lagi dah ke jaman jahiliyah. Berarti? Bukannya ngehits, tetapi pacaran itu kuno, jadul, ketinggalan jaman. 

Pacaran itu sangat berbahaya. Tidak sesuai dengan Al-qur'an dan As-sunah, harus dihapuskan tuh. Masalahnya, kalau pacaran itu, apa-apa yang haram dijadikan halal. Kan melenceng dari aturan agama? Lebih ngeri lagi, kalau sampai berani bohongin/ ngelawan orang tua demi pacarnya. 
Bukankah ridho Allah tergantung ridho orang tua? Kenapa ya, waktu pacaran, kita malah ngemis-ngemis ridho pacar? Itulah yang dinamakan cinta buta. 

Nah, setelah aku agak gede, memasuki usia remaja, usia-usia kita mencari jati diri, tentulah kita nggak mau tersesat ke jalan yang nggak bener. Kita udah remaja, udah harus bisa berpikir jernih. Kadang, udah dikasih kepercayaan sama orang tua, untuk memilih sendiri. Mana yang baik mana yang buruk. Jangan sampai kita menyalahgunakan kepercayaan itu. 
Dan sebagai seorang remaja muslim, kita harus berpikir cerdas, lebih teliti memilah mana yang bener mana yang sesat. 
Dari situ, aku mulai ikut pengajian-pengajian remaja. Setiap hari temanya emang beda-beda, namun pasti ada aja selingan tentang pergaulan jaman sekarang. Terlebih pacaran tadi, yang masuk kategori mengkhawatirkan. Pasalnya, anak-anak jaman sekarang udah bebas banget pacaran. Di jalan-jalan besar, mall, taman, bahkan sekolah, mereka nggak malu. Pede aja. Lah, dilihat manusia aja nggak malu, gimana Allah? 

Selain ke pengajian, aku juga suka ikut sosialisasi tentang narkoba dan HIV AIDS. Di situ, apa yang dibahas? Lagi-lagi tentang pacaran. Sebab awal kerusakan remaja/ manusia itu banyak terjadi karena pacaran. Ngeri dah. 

Kalau ada yang bilang "aku cinta kamu", Hi? Itu cinta atau nafsu? Be careful, ukhti wa akhi. Jaga jarak dan jangan mudah baper (^O^)// 

Setelah iman agaknya didapat, deket sama al-qur'an, deket sama Allah, aku coba renung-renung gitu tentang masa-masa pacaran. Yang ada cuma penyesalan. Seandainya waktu bisa diputar, aku minta gamau pacaran.
Salah satu materi yang aku dapat dari pengajian remaja kemarin, tentang suami/ istri. Sedihlah kalau kita pernah pacaran. Atau lagi pacaran, lagi jagain jodohnya orang lain. Terus nanti, kalau kita menikah, nggak ada sensasi romantismenya. Sebab kata "cinta" udah berulang kali kita ucap sama pacar kita dulu. Hal-hal setelah menikah, jadi biasa aja. Hambar.
Beda ya, sama yang nggak pacaran. Pacarannya setelah nikah. Orang itu belum pernah pegangan tangan, belum pernah jalan berdua, belum pernah gombalin/ digombalin, belum pernah cinta-cintaan. Tapi nanti, setelah menikah, orang itu merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Belum pernah ia dapet. 

Pernah liat nggak? Video-video pasca ijab qobul seorang yang belum pernah pacaran. Ada yang mau makein cincin ke jemari pengantin wanita, tapi gerogi. Ada yang mau cium tangan suami setelah kata 'sah' terucap, tapi juga gerogi. Lucu-lucu, tapi indah. 
So, pengen yang mana? Pengen pacaran dulu, terus momen menikahnya jadi hambar? Atau ngga pernah pacaran, tapi nanti setelah menikah penuh dengan romantisme? (^O^)~~

Ibarat sebungkus permen loly ya. Waktu masih terbungkus rapet, lalat-lalat ngga ada yang mau mendekati. Namun setelah bungkusnya dilepas, banyak lalat menghampiri. Kalau lalat itu sudah merasa puas, lalat itu bakalan pergi cari yang lebih manis lagi. 
Permen itu, karena udah terbuka, manisnya jadi ilang. Kalau gitu, masihkah mau ter-php sama lalat? 

Demikian kronologi penyesalanku. Semoga sampai nanti, hal di atas tidak terulang lagi. Setalah tahu betapa rusaknya pacaran itu, tentulah kita nggak akan jatuh dilubang yang sama, kan?
Sekarang kita tahu, kalau pacaran itu ialah sebab penyesalan yang paling memalukan.

Hari keempat, #7DaysKF #writingchallenge


3 komentar:

Sila tinggalkan komentar untuk hal yang perlu disampaikan :)