Selasa, 26 Desember 2017

Aku Menghilang


Kenangan tidak boleh dilupakan sebab ada pembelajaran di dalamnya~

[CERPEN]

Senja kini menceritakan bahwa dirinya indah dan penuh kisah bungah. Gradasi semesta menambah eloknya kegiatan pramuka di sekolahku. Senyum dan semangat pagi tak pudar saat itu. Jiwa muda masih berkorbar di hati.

***

Btw, Aku Almira, anak kelas VII D di salah satu SMP Negeri sedekat 1 KM dari rumahku. Kala itu aku terlihat bahagia sebab kegiatan yang aku sukai, pramuka, mengadakan kemah.

Dalam kemah, nggak seru kalau nggak ada yang namanya jurit malam. Begitu juga di SMP ku. Di tengah kegelapan malam kita dibangunin dengan paksa. Sekitar pukul 02.00 WIB ada game menarik! Game—nya yaitu kita jalan dua-dua membawa satu lilin dari sekolah sampai kuburan cina. Lumayan menegangkan sebab cukup jauh melewati kampung-kampung, jalanan sepi, hutan-hutan, dan jalanan licin nan becek. Aku jalan berdua dengan Ocha. Sialnya, kami berangkat nomor satu.

Bismillaah.
Di tengah jalan kita bertemu dengan Kak Kevin. Kakak DP yang tetiba menghentikan jalan kita sembari bercerita. 

"Kalian berdua harus gandengan. Selalu. Jalan ke kuburan nanti sempit dan menanjak. Jangan sampai lepas gandengannya atau salah satu dari kalian akan hilang dibawa hantu,"

Demi apapun kata-kata itu bikin kita berdua merinding dan kami semakin berpegang erat satu sama lain. 

Jalan.. Jalan.. Jalan.. 

Tugas kami adalah mencari kertas segiempat dengan nomor yang sudah ditentukan. Kertas-kertas itu ditata di atas makam demi makam. Jadi aku dan Ocha enjoy aja kan jalan hingga sampai ke kuburan. Kami sama-sama cari kertas nomor 01, dan alhamdulillaah langsung ketemu!
Dengan bangganya kami menjadi pejalan nomor satu sekaligus pemenang dari game ini, huehehe. Aku langsung bertanya ke kakak DP,

“Kak, sudah ketemu nomornya. Terus selanjutnya kita ke mana?” Tanyaku.

“Oh sudah? Yaudah kalian jalan turun aja tuh lurus ke situ,” Jelasnya.

Sip. Aku dan Ocha—pun turun dari kuburan ke jalan raya.
Di jalan, nggak ada sebatang hidung kakak DP. Kami bingung harus ke mana? Sebab ini jalan pulang ke sekolah. Kami pun langsung balik sekolah dan istirahat.
Di sekolah tak kami temui kakak DP. Kami duduk dan minum soalnya capek qqqq~ Setelah itu kami bersihin sepatu dari lumpur, sebab malam ini gerimis lumayan deras. Semuanya udah bersih, kami berbagi makanan ringan.

“Cha, kok aku curiga ya, masak di belakang kita belum ada yang sampai ke sekolah?”

Ocha yang asik dengan makanannya tetap santai, “Ah, paling bentar lagi Mir,”

“Cha, kalau kita salah rute gimana? Dari awal aku udah curiga. Masak jurit malam gitu doang?”
“Cha, kok sepi sih!”
“Cha, kenapa mereka belum sampai, atau jangan-jangan, ada apel penutupan di kuburan?”
“Cha, kita nggak bisa diem gini”
“Cha, kita harus balik ke kuburan,”

Ocha menolak, “Halah tunggu aja deh, bentar lagi juga mereka dateng. Kita kan emang yang pertama jalan?”

Tetiba ada salah satu Pembina keluar dari kantor. Namanya bu Dian, beliau sembari teleponan gitu,
“Kalian,” Teriak bu Dian pada kami. 

“Kalian Almira dan Ocha?”

Kami ngangguk. “Kalian ngapain di sini?”

“Disuruh kakak DP kembali ke sekolah bu,”

Bu Dian udah berpaling, memunggungi kami. “Iya, iya, iyaa.. mereka ada di sini. Di sekolah. Dua orang. Almira dan Ocha. Iya, iya, iyaa..”

“Cha, kayaknya kita dicari deh.”

Aku dan Ocha masih menunggu. Untuk pertama kalinya aku rasa-rasa menunggu itu panik, deg-degan, dan takut lebih dari aku menunggu angkot yang nggak dateng-dateng.
Beberapa menit kemudian, ada dua cowok kakak DP. Yang satu, kakak yang menginstruksi kami buat turun tadi, ganteng banget ku masih ingat *abaikan* hitz lagi *abaikan* sayangnya aku lupa nama aslinya siapa *abaikan*
Yang satunya lagi, pendek, hitam, tapi manis sih. Namanya Kak Dodo.

“Dek, kalian ikut kakak balik ke kuburan sekarang, ayo!” Pinta kakak ganteng yang ku lupa namanya.
“Kalian kok bisa balik ke sekolah sih?” Tanya Kak Dodo.
“Padahal tadi aku suruh kalian turun, kan? Kok malah balik.” Tambah kakak ganteng yang ku lupa namanya.
Aku—pun menjelaskan ketidakjelasan instruksi dari kakak DP sehingga aku dan Ocha bingung.

Di pinggir jalan raya dengan background gerimis deres, Kak Dodo suruh kita lari.
“Ayo dek, cepet, lari lari lari, cepet cepet!”

YAKALI jalanan becek posisi capai suasana dingin, gelap, dan hujan. Hmm.
Lucunya, aku dirangkul sama Kak Dodo supaya aku bisa cepet larinya bareng sama Kak Dodo. But, Mr.Dodo’s body is very short more than me, u know? Jadi tangannya nggak sampai ke pundak aku, heuhehehe.

Sampai di sana, peserta kemah udah baris rapi. Kakak DP dan beberapa Pembina juga udah baris memimpin di depan. Anehnya, semua terlihat tegang. Aku lihat semua peserta tertunduk ketakutan.
Aku dan Ocha pisah dan masuk barisan kelas kami masing-masing. Aku tanya ke temanku, “ada apa sih?” Nggak ada yang jawab.
Tetiba aku dan Ocha disuruh maju ke depan. Seakan kami berdua jadi tontonan, perasaan mulai nggak enak nih!

“KALIAN KE MANA AJA?? DARI TADI DICARIIN NGGAK ADA. TEMEN-TEMEN KALIAN DI SINI UDAH PANIK CARIIN KALIAN. SEMUA NYEBAR CARI KALIAN. TAPI KALIAN BERDUA MALAH ENAK-ENAKAN DI SEKOLAH? IYA!! NGAPAIN AJA KALIAN DI SEKOLAH? MAKAN? ENAAK YAAA UDAH MAKAN. SEMENTARA KAMI DI SINI SIBUK CARI KALIAN. KALIAN GAK PUNYA HATI YA!! TEGA SAMA TEMEN SENDIRI!
WAH WAH WAH.. SEPATUNYA DAH KINCLONG GITU. KEREEN BANGET YAK. ENAAK BENER DAH BERSIH BERSIH DULUAN!”

Loh, kok, gitu? Ini aneh. Nggak fair. Aku dan Ocha sama sekali nggak tahu. Dan kita di suruh turun loh sama kakak DP.
Aku cuma diam, nunduk, dan sesegukan alias nangis! Ya, aku paling nggak bisa dimarahin gini. Apalagi dibentak-bentak di muka umum seperti ini.
Berulang kali, para kakak DP marah-marah. Dengan kalimat yang sama alias diulang-ulang. Mereka sama sekali tidak membiarkan kami bicara. Tiada celah untuk kami protes. Fine. Aku tambah nangis :v

Keesokan harinya aku cerita sama temen-temen. Merekapun juga cerita apa yang sebenernya terjadi.

“Iya mir, kamu tuh ilang. Kamu ke mana coba setelah game itu? Kami semua dikumpulin suruh apel di kuburan. Setelah pengecekan anggota, kamu dan Ocha nggak ada dibarisan. Kami semua panik. Kakak DP marah-marah ke kami. Dikira kami nggak bisa jaga anggota. Kami pikir omongan Kak Kevin bener. Kalian ilang ke alam ghaib, diculik hantu. Soalnya kami cari-cari kalian nggak ada.”

What? Aku ilang?

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku pulang dari kelas ke pintu gerbang ngelewatin segerombolan kakak DP. Ada salah satu kakak DP liatin aku, aku sapa dengan senyum dan ngangguk.

“Siang kak Caca.”

“Hahahahahh kamu kan yang tadi malam kena marah ya? Kasian banget Yahahahaha.” Lanjutnya, “Maafin kami ya dek, ini semua demi solidaritas kalian. Supaya kalian belajar saling menjaga satu sama lain.”

So what, yang tadi malem itu, rekayasa belaka?

Okay fine. Kisah ini unforgettable buat aku. Sebab arrrggghhh banget🙄🙄


NB : KISAH INI NYATA. NAMA AJA YANG DISAMARKAN, HEHE😊


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sila tinggalkan komentar untuk hal yang perlu disampaikan :)