Taman Pendidikan Alquran, Masjid At-Taufiq |
Beberapa teman inginkan dirinya soleh. Banyak yang ingin segera menjadi alim. Menjadi apa yang dikagumi orang-orang. Tetapi, Mengapa hanya kata "ingin" yang terucap? Mengapa hanya kata "mau" yang menjadi angan-angan? Predikat soleh soleha didapat karena usaha. Usaha dan berjuang di agama Allah. Sami'na wa atho'na (dengar lalu taati). Sebenarnya sudah jelas syariat dan hukum islam yang berlaku. Mana yang termasuk perintah dan larangannya. Mengapakah kalian masih diam? Masih menganggap perbuatan dosa adalah hal yang wajar?
Contoh peristiwa kecil saat ini yang sering terjadi ialah Ketika fulan bertemu fulanah, Fulan memberi tahu informasi pengajian muslimah agar fulanah pergi ke pengajian. Dan apa yang fulanah jawab?
"Hehehe.. belum dapet hidayah nih.. aku ngga pantes. Ntar aja yaa kalau aku udah kayak kamu gitu"
Contoh kedua, Fulanah melihat seorang teman sedang mengaji di mushola sekolahnya. Sebenarnya ia kagum dan ingin sekali sepertinya. Dalam hati ia berkata "Ya Allah, kapan ya aku dapet hidayah. Dari dulu pengen banget. Tapi kenapa tak kunjung datang hidayah itu?"
Assalamu'alaikum hatinya fulanah?
Hidayah itu tidak ditunggu, melainkan dijemput. Bagaimana cara menjemput hidayah? Iaitu dengan mendekatkan diri pada Yang Maha Pemberi Taubat.
Karena Allah itu tidak memanggil orang-orang yang mampu, tetapi Allah akan memampukan orang-orang yang terpanggil.
Lantas, apa yang kita tunggu saat ini? Let's hijrah! Bangun, bangkit, dan berubah. Istiqomah :)
Sepenggal puisi berkaitan dengan pengalaman menjemput hidayah saya..
Di balik kesuksesan dunia ini,
Ada jalan yang terbelokkan
Ada ibadah yang ditinggalkan
Ada langkah yang disesatkan
Senja di tanah sempit ini berkata :
Ia rindu lantunan Alquranku
Lantunan yang aku nafaskan lima tahun yang lalu
Kini..
Aku kembali
Di langgar yang hampir roboh ini..
Kini..
Aku kembali
Tempat di mana ku habiskan masa kecilku untuk mengaji
Mataku menyapu
sudut ruang
Ku lihat pada satu titik diantara tumpukan kitab
Satu kitab Alquran yang paling lusuh tanpa sampul
Ujungnya tergores pena yang tulisannya samar-samar
Dengan jeli aku menatap tulisan itu,
Dan ternyata,
Ia bertuliskan namaku
Alquran ku..
Alquran ku lima tahun yang lalu
Semenjak aku telah mengkhatamkannya,
Aku meninggalkannya, di sini
Tak sendiri..
Tangis batinku pecah seketika
Hati terpotong-potong seperti daging yang sedang
dicincang
Ingin ku memeluk erat Alquran lusuh itu..
Namun,
Kini ia dimiliki santri lain yang membutuhkan
Syukurku pada Sang Maha Pemberi
Meski aku tak bisa membacanya,
Insyaalllah, pahala tetap mengalir berkat,
Bacaan santri itu setiap hurufnya
Insyaallah Alquran lusuh itu menjadi amal jariyahku
kelak
Ku renungkan kembali langgar ini,
Langgar tua yang masih kuat menampung puluhan santri
kampung
Aku teringat,
Dengan puluhan teman semasa kecilku
Kini mereka ada di sampingku
Tetap tersenyum dan menjadi sahabat yang solih
Persahabat
yang bermula dari iqra,
Semoga
sampai tahfidz Quran,
Semoga
pula sampai jannah Nya
Janji
terucap dalam hati,
Bahwa
aku akan mengaji kembali
Menjadi
pejuang subuh..
Menjadi
pemakmur masjid..
Menjadi
marbot masjid..
Menjadi
remaja, yang hatinya digantungkan pada masjid
Aku
rindu,
Pada
ketaataanku lima tahun lalu
22 Oktober 2016
Almira Prima Rahma
(╯3╰)( ˘ ³˘)❤
BalasHapusIndaaah berpahala <3
*senyum senyum sendiri*
HapusBerpahala? Aaamiin :)
masyaallah
BalasHapusAlhamdulillah :D
HapusMasyaAllah ukhtiku, puisinya aku banget juga, samaaa banget 😭
BalasHapusIyakah? Ayok fa lekas benahi diri..
HapusSiaappp ukhti 😊
HapusAlhamdulillah. Makasih nisa 😁 semoga bermanfaat
BalasHapusSubhanallah sukak😍
BalasHapusSyukron kak 😁😁
Hapusbagus lah nduk , lebih di tingkatkan lagi biar banyak pengunjungnya
BalasHapusSiap lah mas. Maklum masih awam 😂😁
Hapusdesainnya di percantik lagi
HapusBelum bisa :v
Hapusfont puisinya sulit dibaca Al,
BalasHapusPakai hp ya kak? Kalau font dilaptop bisa..
Hapus