Minggu, 15 Oktober 2017

Antara Baik dan Polos?




Previously, aku nggak pernah kepikiran untuk nulis tulisan ini. Seperti tulisan-tulisan aku kemarin, semua telah terencana dan terpikirkan. But, I thinking something, aku langsung nulis nih.

Jadi dari dulu aku gak pernah tahu apa itu baik dan apa itu polos. Dari TK sampai sekarang (SMA) aku bodo amatlah tentang kehidupan. Yang aku pikir, yaa biarlah kehidupan ini mengalir hari demi hari. Tinggal kita jalanin aja, kan?

Dan hari ini, ketika lihat jadwal besok nggak ada PR, aku jadi bengong. Gak tahu aja harus apa. Tiba-tiba aku bernostalgia tentang aku. Sifat-sifat aku dari TK sampai SMA ini. SAMA. Nggak berubah. Kata orang, tetangga, dan temen-temen pun SAMA. Baik dan polos.

What is baik dan polos?

Aku jadi teringat saat TK dulu …
Setiap hari aku dikasih uang saku sama orang tuaku sepuluh ratus. Yea aku lebih suka menyebutnya sepuluh ratus, sebab uangku receh 100 rupiah sebanyak 10 koin.
Jaman TK dulu, dengan uang 100 rupiah, aku bisa dapet 4 renteng mie remes atau sepincuk bubur + mie remes. So, tentu aku orangnya hemat sejak TK :v

Dan perkenalkan bude—ku. Dia setiap hari yang antar jemput aku sekolah. Bapak dan ibuku sibuk bekerja. Budeku ini pernah suatu hari ngecek uang sisaku sepulang sekolah. Beliau tanya, “Jajan apa aja kamu kok boros bangeet??”
Hmm.. Budeku curiga karena uangku tinggal sedikit. Hari demi hari, uang sisaku nggak seperti biasanya. Ada apa nih? Budeku bertanya-tanya.

Dengan jujur aku menjawab bahwa selama ini uangku sering diminta sama Jojo. Yup! Aku pernah punya temen, sebut saja dia Jojo, Cowok. Aku lupa apakah kita satu kelas atau beda kelas. Yang jelas aku tahu nama dia Jojo.
Dia minta uang jajan aku setiap hari 100 rupiah tanpa absen. Aku langsung kasih tanpa sepatah katapun. Begitu budeku tahu, beliau samperin si Jojo. Dimarahin dah tuh.
Semenjak budeku marahin Jojo, dia nggak pernah lagi minta uangku.
Itu kali pertama aku bingung, apakah aku baik atau polos? XD

Dalam hidup ini, aku hanya ingin berbuat baik pada semua orang tanpa membeda-bedakan statusnya. Mau dia jahat, nakal, sombong, nyebelin, ntah kenapa aku tetep baik sama mereka. Atau polos? Hmm..

Dari dulu aku hanya ingin membahagiakan orang-orang yang ada disekitarku. Membuat mereka seneng, tersenyum, dan bahagia itu adalah anugerah bagiku. Jangan sampai aku membuat kecewa atau sedih mereka. Sebab itu akan menyakitkan hatiku sendiri.
Dan yang jelas, aku nggak pernah mau punya musuh. Punya musuh itu nggak enak. Dunia rasanya sempit dan sumpek kalau ketemu musuh. Maka daridulu aku bersikeras untuk tidak membenci siapapun. Karena benci sendiri itu juga meresahkan hati. Kita yang benci dia, tapi kita juga yang susah dan nggak bebas.

Senyebelin atau ngeselin apapun temen-temenku, aku nggak akan ambil pusing. Biarin aja. Mikir tugas sekolah aja udah ribet, masa harus ditambah mikirin temen kita yang nyebelin?

Dan aku baru nyadar akhir-akhir ini. Selama aku sekolah atau punya temen, aku nggak pernah sama sekali marah sama mereka. Really? Yes, I’m really sure!
Sabar yang aku punya ini nggak ada batasnya! Ketika aku punya temen yang mungkin benci sama aku, aku nggak pernah benci balik dia. Ketika aku punya temen yang seenaknya sama aku, aku sabar dan berdoa aja.
Kalaupun kesabaranku sudah di ujung tanduk, paling-paling aku cuma ngedumel dalam hati.

"Yaa Allaah ada yaaa orang kek gini. Mudah-mudahan segera dapet hidayah."

Atau kalaupun ada yang sewenang-wenangnya aja sama aku, paling pol aku ngedoain dia yang enggak-enggak. Astaghfirullaah. Disamping itu, aku tetep keep smiling sama dia :v

Dan sejahat-jahatnya temen sama aku, biarin dah, aku serahin aja sama Allah. Ntar juga ada balasannya sendiri.
Yang penting sih, kita berbuat baik aja sama orang. Mau kayak apa orang itu menilai kita, abaikan aja.

Kisah terakhir, datang dalam gubuk kecilku. Di mana aku habis pulang beli beberapa buku pelajaran dan novel di toko buku. Lumayan banyak belinya dan menghabiskan uang hampir 300RB.
Apa yang terjadi?

Ibu dan adikku bisik-bisik sambil ngelirik aku yang lagi baca novel baru. Aku langsung nyamperin dong karena penasaran. Aku tanya tapi ga ada yang jawab. Aku paksa mereka untuk jawab sejadi-jadinya, mereka tetep diem malah saling tatap.

Ini ada apa sih?

Dengan drama yang super alay banget aku pegang kaki adikku sambil aku gelitikin. Dia mencoba kabur dengan alasan mau salat. Aku tetep maksa supaya jawab dulu. Kenapa mereka bisik-bisik ngeliatin aku? Apa yang mereka bicarakan tentang aku?

Dengan rasa nggak enak hati, adikku menjawab “Noh, ibuk curiga. Darimana kakak punya uang untuk beli buku sebanyak itu? Padahal uang jajan kakak cuma pas-pasan buat jajan di sekolah!!” lanjutnya, “Jangan-jangan…….”

JLEB.

Hati aku seakan kena paku berkarat. Sakit.
Kenapa aku dituduh yang engga-engga gitu.

Aku langsung masuk kamar tanpa berkata apapun. Kemudian nangis.

Lalu aku mengingat-ingat adegan beberapa bulan terakhir ini. Setiap aku dapet uang saku, aku langsung tabung. Aku rela nggak jajan di sekolah demi ngumpulin uang.
Aku tahu ekonomi orang tuaku pas-pasan dan nggak mungkin aku minta uang buat beli buku. Padahal hobiku membaca dan aku suka beli buku di toko buku. Dan ketika aku ke toko buku melihat buku-buku apik, nggak mungkin aku cuma beli satu biji buku.
Akupun hemat sehemat-hematnya demi beli buku. Sampai di sekolah limited banget kalau mau jajan.

Aku sediih bangeet setelah apa yang aku korbankan tidak dipercayai ibu dan adik aku. Aku ngumpulin uang supaya aku nggak minta ke orang tua. Supaya ketika uang itu terkumpul, aku bisa beli buku apa aja sesuai keinginan aku.
Padahal pun, yang aku beli itu buku kumpulan soal biologi dan buku bahasa inggris serta beberapa novel islami. Hmm, lupakan!

Anyway, aku berpikir positif kalau mereka hanya bercanda. Yaaaa mereka memang suka bercanda. 

Okay, itu membuktikan bahwa orang sebaik apapun pasti ada aja kekurangannya di mata orang lain. 
Jangan kira sebaik-baiknya atau sesabar-sabarnya orang yang baik dan sabar pasti ada aja hatersnya.

Satu yang aku lakukan untuk haters: Diam, abaikan, dan tersenyum!


2 komentar:

Sila tinggalkan komentar untuk hal yang perlu disampaikan :)